05 January 2009

Penumpang Pesawat Dipaksa Turun Karena Telepon

TEMPO Interaktif, Medan: Sebuah penerbangan nasional pada hari Jumat (12/12) terganggu oleh peristiwa konyol di Bandara Polonia, Medan. Pesawat terlambat terbang sekitar satu jam karena ada penumpang yang menolak mematikan telepon seluler. Penerbangan baru dapat terlaksana setelah penumpang itu diturunkan paksa.

Insiden itu terjadi pada penerbangan Mandala Airlines nomor RI-89 tujuan Medan-Jakarta petang tadi sekitar pukul empat. Pesawat yang sudah berada di landasan pacu tiba-tiba kembali ke parkiran bandara.

Pramugari pesawat mengumumkan, permintaan maafnya karena harus kembali ke parkiran bandara karena harus menurunkan penumpang yang emoh menaati peraturan penerbangan. Pengumuman itu disambut teriakan "huuu" oleh seluruh penumpang pesawat. Juga tepuk tangan.

Situasi menjadi pikuk. Tempo yang menjadi penumpang dalam pesawat itu melihat teriakan kecewa para penumpang. Banyak yang mulai gelisah, penasaran dan kesal. Banyak dari penumpang melepas safe belt dan berdiri celingukan mencari siapa penumpang yang dimaksud.

Sesaat sebelum lepas landas, seorang pramugari sempat mengingatkan seorang ibu untuk mematikan ponselnya. Peringatan itu sempat memotong demo peragaan alat keselamatan lazimnya dilakukan sebelum pesawat biasanya lepas landas. Namun sang ibu itu, tetap emoh mematikan telepon selulernya, dengan alasan, teleponnya susah dimatikan.

Dua kali teguran dilayangkan, tak digubris, penumpang yang bepergian bersama keluarganya itu diingatkan akan diturunkan jika tidak mematuhi aturan penerbangan.

Dan ancaman itu terbukti, ketika Kapten Pesawat Arya Pramadita, tetap menolak berkompromi dengan pendirian konyol itu. Ia mencoba menekan lebih keras dengan menghentikan sejenak pesawat yang akan mengambil posisi tinggal landas.

Namun cara itu pun gagal. Karena tidak mampu menghadapi penumpang itu kapten Arya akhirnya mengarahkan pesawat kembali ke dekat terminal.

Kesaksian TEMPO, keputusan itu sempat membuat awak bandara repot. Pesawat harus parkir, membuka pintu pesawat, menunggu tangga berjalan datang, dan petugas keamanan bandara masuk. Selesai? Tidak juga. Penumpang bandel itu tetap emoh turun. Negoisasi antara petugas bandara dengan penumpang itu pun terpaksa berlangsung, dengan teriakan kecewa dan kesal penumpang lain.

Setelah hampir satu jam lamanya beradu mulut dan sedikit paksaan, penumpang dengan 4 anggota keluarganya itu pun akhirnya bersedia turun. Diiringi tatapan mata dan tepuk tangan seluruh penumpang.

WIDIARSI AGUSTINA

http://www.tempo.co.id/hg/nusa/2008/12/12/brk,20081212-150755,id.html

0 comments: